Jumat, 27 November 2009

bisnis ritel masih baik

SEMARANG Ks Melihat masih tingginya potensi pasar ke depan, perkembangan bisnis ritel di kota Semarang masih akan menjadi tran pasar bisnis yang banyak diminati pelaku usaha baik lokal maupun nasional.
Karena dianggap sebagai kue manis yang diharapkan dapat memberikan keuntungan besar, maka permintaan pendirian bisnis yang oleh pelaku usaha di pasar tradisional sebagai ancaman, masih terus bertambah.
Ketua Matrix traning and consulting Semarang, Ir Erie Sasmito melihat, tingginya permintaan pendirian usaha baik ritel Alfa Mart, Indomart maupun mart-mart lainnya lebih disebabkan potensi keberlangsungan hidup usaha ini berkisar antar 80 persen hingga 90 persen.
''Karena potensi hidup usaha ritel tinggi, maka hingga beberapa waktu ke depan masih banyak dari pelaku usaha yang melirik untuk menggeluti bisnis di bidang ritel dengan sistem waralaba,'' jelas Erie, saat ditemui usai peluncuran Matrix traning and consulting Semarang, di TK Permata Hati, yang berada di kompleks Perumahan Permata Puri, Ngalian, Semarang, kemarin.
Namun, imbuh dia, karena alasan besarnya modal usaha yang harus ditanamkan karena mencapai kisaran Rp 500 juta, maka peluang bisnis ini hanya bisa dimanfaatkan oleh pebisnis dengan modal besar.
''Dengan penanaman modal hingga Rp 500 juta dan potensi keuntungan hanya sekitar dua hingga tiga persen, maka bisnis ini dinilai kurang dapat memberikan keuntungan bagi pelaku usaha,'' tambah owner PT Java Teak Semarang, salah satu tentor dalam pelatihan manajemen bisnis yang didirikan Keluarga Alumni Unsud, Purwokerto itu.
Menilik besarnya minat pelaku usaha dan keinginan untuk membuka usaha sejenis, imbuh dia, potensi robohnya bisnis ritel juga mulai tambak. Hal ini terlihat dari adanya beberapa pelaku usaha yang mulai menjual usaha mereka kepada pihak lain.
''Hal yang sangat berbeda terlihat antara waralaba ritel dengan waralaba lainnya. Seperti KFC, CFC dan MD yang memberlakukan pembatasan dan seleksi yang ketat, maka keberlangsungan usaha dilihat dari tingkat keuntungan yang diperoleh juga sangat besar. Sedang, bisnis ritel yang tanpa pembatasan yang jelas hanya memberi keuntungan yang minim,'' imbuhnya.
Melihat potensi baik negatif maupun positif yang dapat kapanpun terjadi, imbuh dia, maka pelaku usaha khusunya pemain baru untuk bisa lebih memilah ketika akan membuka peluang usaha dengan modal yang dimiliki.
Jangan sampai, tambah dia, ketika modal yang ditanam sangat besar namun usaha yang digeluti tidak berlangsung lama bahkan menimbulkan kerugian yang cukup besar. Sehingga, penanam modal tidak bisa hidup kembali.
''Tren bisnis yang tiba-tiba menjadi booming dan kemudian mati sangat banyak, kendati di dalam membuka usaha modal dapat kembali, bisnis yang memberi kesempatan pebisnisnya untuk diam dan uangnya terus berjalan sendiri ini memang memerlukan inovasi tersndiri bagi pelaku usaha,'' tamabahnya.

Tidak ada komentar: