Selasa, 29 Desember 2009

Kambing

BERBAHAYA Ks keberadaan kambing di jalan raya Kaligawe yang padat lalulintas sangat berbahaya dan dapat menimbulkan potensi kecelakaan. felek wahyu

Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan 2010

Jakarta, Sabtu (21 November 2009) — Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (Pusbuk Depdiknas) menggelar sayembara penulisan naskah buku pengayaan 2010. Kegiatan ini digelar untuk meningkatkan motivasi menulis di kalangan pendidik dan tenaga kependidikan. Sayembara yang terbuka bagi para pendidik dan tenaga kependidikan baik formal maupun nonformal ini berhadiah total Rp1.080.000. 000,00.
Tema penulisan adalah Membangun Manusia Indonesia yang Religius, Cerdas, Bermartabat, Mandiri, dan Kompetitif di Era Global. Naskah yang disayembarakan adalah buku pengayaan yang memuat materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan keterampilan, serta membentuk kepribadian peserta didik. Peruntukan pembaca adalah untuk jenjang pendidikan SD/MI (kelas 4,5, dan 6), SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK/MAK.
Kepala Bidang Pengembangan Naskah dan Pengendalian Mutu Buku Pusbuk Depdiknas, Wahyu Trihartati, mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu upaya Pusbuk Depdiknas untuk membantu meningkatkan baik mutu maupun jumlah penulis dan naskah buku pengayaan. “Sayembara ini khusus untuk pendidik karena Pusbuk berkeyakinan kalau guru – guru yang menulis karena dia yang mengetahui kebutuhan siswa, dia yang bergaul dengan siswa sehari-hari, dia yang bisa menulis,” katanya pada kegiatan Sosialisasi Standar/Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran di Hotel Mega Anggrek, Jakarta, Sabtu (21/11/2009).
Wahyu mengatakan, hasil naskah para pemenang akan ditawarkan kepada para penerbit. “Hak cipta ada di penulis, Pusbuk hanya membantu memfasilitasi dengan menawarkan kepada para penerbit yang berminat. Kita minta untuk menetapkan royalti dan terus kita pantau penerbitannya,” katanya.
Jenis naskah yang disayembarakan masing – masing enam naskah untuk tiap jenjang pendidikan. Untuk SD/MI (kelas 4,5, dan 6) meliputi, pengayaan pengetahuan alam dan matematika, pengayaan pengetahuan sosial dan humaniora, pengayaan keterampilan vokasional (kewirausahaan), cerita anak, kumpulan pantun, dan kumpulan puisi; untuk SMP/MTs meliputi pengayaan pengetahuan alam dan matematika, pengayaan pengetahuan sosial dan humaniora, pengayaan keterampilan vokasional (kewirausahaan), novel, kumpulan cerpen, dan kumpulan puisi; dan untuk SMA/MA/SMK/MAK meliputi pengayaan pengetahuan alam dan matematika, pengayaan pengetahuan sosial dan humaniora, pengayaan keterampilan vokasional (kewirausahaan), novel, drama, dan biografi.
Persyaratan sayembara antara lain meliputi naskah yang diajukan adalah karya asli, tidak berseri, belum pernah menjadi pemenang sebagian ataupun seluruhnya dalam sayembara manapun, tidak sedang diikutsertakan pada sayembara lain, dan belum pernah diterbitkan. Naskah diketik komputer diatas kertas A4 minimal 60 halaman, 2 spasi, ukuran font 12. Jika menggunakan gambar, ukurannya harus proporsional dan mendukung materi.
Naskah dikirimkan paling lambat pada 1 Maret 2010 (stempel pos) kepada Panitia Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2010 Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jalan Gunung Sahari Raya No.4 Jakarta 10002. Hadiah per jenis naskah untuk 54 naskah bagi pemenang I Rp 21.000.000,00, pemenang II Rp 20.000.000, dan pemenang III Rp 19.000.000,00. Informasi lebih lanjut tentang sayembara dapat menghubungi Pusat Perbukuan Depdiknas telepon (021) 3804248, pes 275, fax (021) 3458151, 3806229, email pusbuk@sibi.or.id atau bangnas_pusbuk@yahoo.com, atau melalui laman www.sibi.or. id.
sumber; http://agupenajateng.net

Jumat, 27 November 2009

bisnis ritel masih baik

SEMARANG Ks Melihat masih tingginya potensi pasar ke depan, perkembangan bisnis ritel di kota Semarang masih akan menjadi tran pasar bisnis yang banyak diminati pelaku usaha baik lokal maupun nasional.
Karena dianggap sebagai kue manis yang diharapkan dapat memberikan keuntungan besar, maka permintaan pendirian bisnis yang oleh pelaku usaha di pasar tradisional sebagai ancaman, masih terus bertambah.
Ketua Matrix traning and consulting Semarang, Ir Erie Sasmito melihat, tingginya permintaan pendirian usaha baik ritel Alfa Mart, Indomart maupun mart-mart lainnya lebih disebabkan potensi keberlangsungan hidup usaha ini berkisar antar 80 persen hingga 90 persen.
''Karena potensi hidup usaha ritel tinggi, maka hingga beberapa waktu ke depan masih banyak dari pelaku usaha yang melirik untuk menggeluti bisnis di bidang ritel dengan sistem waralaba,'' jelas Erie, saat ditemui usai peluncuran Matrix traning and consulting Semarang, di TK Permata Hati, yang berada di kompleks Perumahan Permata Puri, Ngalian, Semarang, kemarin.
Namun, imbuh dia, karena alasan besarnya modal usaha yang harus ditanamkan karena mencapai kisaran Rp 500 juta, maka peluang bisnis ini hanya bisa dimanfaatkan oleh pebisnis dengan modal besar.
''Dengan penanaman modal hingga Rp 500 juta dan potensi keuntungan hanya sekitar dua hingga tiga persen, maka bisnis ini dinilai kurang dapat memberikan keuntungan bagi pelaku usaha,'' tambah owner PT Java Teak Semarang, salah satu tentor dalam pelatihan manajemen bisnis yang didirikan Keluarga Alumni Unsud, Purwokerto itu.
Menilik besarnya minat pelaku usaha dan keinginan untuk membuka usaha sejenis, imbuh dia, potensi robohnya bisnis ritel juga mulai tambak. Hal ini terlihat dari adanya beberapa pelaku usaha yang mulai menjual usaha mereka kepada pihak lain.
''Hal yang sangat berbeda terlihat antara waralaba ritel dengan waralaba lainnya. Seperti KFC, CFC dan MD yang memberlakukan pembatasan dan seleksi yang ketat, maka keberlangsungan usaha dilihat dari tingkat keuntungan yang diperoleh juga sangat besar. Sedang, bisnis ritel yang tanpa pembatasan yang jelas hanya memberi keuntungan yang minim,'' imbuhnya.
Melihat potensi baik negatif maupun positif yang dapat kapanpun terjadi, imbuh dia, maka pelaku usaha khusunya pemain baru untuk bisa lebih memilah ketika akan membuka peluang usaha dengan modal yang dimiliki.
Jangan sampai, tambah dia, ketika modal yang ditanam sangat besar namun usaha yang digeluti tidak berlangsung lama bahkan menimbulkan kerugian yang cukup besar. Sehingga, penanam modal tidak bisa hidup kembali.
''Tren bisnis yang tiba-tiba menjadi booming dan kemudian mati sangat banyak, kendati di dalam membuka usaha modal dapat kembali, bisnis yang memberi kesempatan pebisnisnya untuk diam dan uangnya terus berjalan sendiri ini memang memerlukan inovasi tersndiri bagi pelaku usaha,'' tamabahnya.

jadwal misa

Jadwal misa dan kebaktian

1. Gereja Keluarga Kudus Admodirono

Sabtu (14/11)
Jam 17.30 Romo P Santosa MSF


Minggu (29/11)

Jam 05.30 Romo Djaja MSF
Jam 07.00 Romo Agustinus Parso Subroto MSF
Jam 08.30 Romo FA Eka Yuantara MSF
Jam 17.30 Romo FA Eka Yuantara MSF


2. Gereja St Mikael Demak
Sabtu (28/11) Romo FA Eka Yuantara MSF



3. Kebaktian GKJ Semarang Barat
Minggu (29/11)

Gereja Kalisari
pukul 06.00 Pdt Sidyatmo Ph STh
pukul 15.00 Pdt Sediyoko SSi


Gereja Induk
pukul 08.00 Pdt Em Sudarsono
pukul 17.00 Pdt Drs Bambang Irianto STh

Pepantan Mugassari
pukul pukul 07.00 Pnt Agung Munandar SPd

Wisma Santoso pukul 17.00 Pdt Drs Suyoko
Sumber data infomasi gereja.

Minggu, 26 April 2009

kak seto damping ulfa

Kak Seto siap dampingi Ulfa

SEMARANG- Kasus pernikahan siri antara Lutfiana Ulfa alias Ulfa dan Syeh Puji alias Pujiono Cahyo, gingga saat ini masih dalam penanganan secara intensif Satreskrim Powiltabes Semarang.
Setelah sempat melakukan penahanan Syeh Puji, untuk kemudian ditangguhkan dengan alasan pimpinan pondok pesantren itu diperlukan ribuan santri dan karyawan perusahaan yang dipimpinnya.
Kak Seto mengungkapkan, untuk kepentingan penyidikan, pihaknya siap jika harus melakukan pendampingan kepada Ulfa sesuai dengan permintaan Ulfa. Pendampingan pemberian penyidikan, tambah Kak Seto, dilakukan untuk keperluan kelengkapan Berkas Acara Penyidikan (BAP).
‘’Jika di minta dan diperlukan, kita siap melakukan pendampingan kapanpun,’’ ungkap Kak Seto, saat ditmui usai mengisi Seminar di Gedung Juang 45, Jalan Pemuda, Semarang, Sabtu (25/4) kemarin.
Kak Seto menambahkan, dalam penyelesaian kasus Ulfa dan Syeh Puji, pihaknya menyarankan jika pelaksanaan penyidikan kepada Ulfa tidak harus dilakukan di dalam kantor polisi. ‘’Untuk kepentingan perlindungan hak anak, pemeriksaan Ulfa dapat dilakukan di luar kanor polisi,’’ tambahnya.
Kesiapan Kak Seto dalam melakukan pendampingan, tambah dia, disebabkan Lutfiana Ulfa sebagai anak, masih perlu perlindungan termasuk dari Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA). ‘’dalam kasus ini, jika dik Ulfa meminta kita akan dampingi,’’ terang Kak Seto.
Kasus pernikahan antara Ulfa dan Syeh Puji, hingga saat ini masih ditangani jajaran Reskrim Polwiltabes Semarang. Belum lama ini, BAP hasil penyidikan yang dilakukan oleg kepolisian, dikembalikan karena dianggap jauh dari normal.
Salah satu poin yang menjadi catatan dari Kejaksaan kepada Polisi, yakni masih belum adanya keterangan dari korban Ulfa serta belum adanya hasil fisum yang dilakukan kepolisian kepada Ulfa.lek

cerpen sawitri

Martini dan sawitri

BULAN masih tinggi menggantung di atas gelapnya malam, sedang lintang semebar mewarnai langit malam yang malam itu kelihatan sangat luas. Indah memang malam Jumat Kliwon tanggal kaping enem sasi rolas tiga tahun lalu, purnama 15 seakan menyanyiakan kidung keindahan malam.
Di balik keindahan malam, dua putri cantik Martini dan Sawitri, dibalutan kain jarit motif sekar jagat, kedua anak pak Martono dari istri pertamanya Maryani penjual beras asal Kendal, berjalan dengan langkah cepat di bawah remang cahaya lampu kampung Sugih Harapan, yang berada di pinggiran hutan di kaki gunung kendeng.
“Yuk, tumben malamm ini sepi sekali yah,” celetuk si kecil memecah keheningan langkah kaki yang terlempat menapaki jalan berkerikil.
“He eh, wong tadi di balai kelurahan saja cuman kita, kang Sutar, kang No dan Yu Narti yang bisa datang nabuh karawitan. Coba kang Budi, Yuni, Pak Li, lek Marjo, ugo kang Wawan tumben-tumbenan kok tidak datang pada kemana yo,” timpal Mbakyu mbarep, menjawab keluhan si kecil sambil mengangkat bahu pertanda keheranan, sembari mempercepat langkah.
‘’Napa kok dadi tambah cepat jalannya,’’ tanya dik Sawitri, sembari nyincing sedikit lebih tinggi jarit panjang yang dikenakan mengejar kakanya yang lebih dahulu melewati pintu gerbang kompleks pemakaman angker yang ada di kampung penghasil kapur di pinggiran kabupaten Grobogan.
Untung saja, dengan suasana yang sepi karena malam menunjukan pukul 21.30, dari balai kelurahan sampai rumah cuma memerlukan waktu selama 15 menit dengan jalan cepat. Jadi, ketakutan yang ternyata menyelimuti dada gadis kembar berambut panjang sebahu dapat segera terlewatkan.
“Kulonowo, sugeng ndalu,” Teriak lirih Martini, setelah tiba di depan pintu, rumah trompo yang biasa mereka tinggali.
“Monggo,’’ jawab Sukiyah, istri muda Partono sambil membuka pintu yang terbuat dari ukiran kayu bercorak jeparanan.
“Tumben pulangnya kok cepat ndok,’’ tanya sambil menerima lemparan jabat tangan tanda hormat kedua putirnya tirinya.
“Injih buk, tadi yang berangkat hanya lima orang jadi pilih wangsul lebih awal,” jawab Marni, pada ibu tirinya yang selalu berpenampilan anggun dengan daster panjang sampai kaki setiap berada di dalam rumah.
“Buk, tadi di luar gelap banget, malah rumah-rumah semua tutup dan tidak ada anak-anak nakal di angkruk yang ganggu kita,” timpal Sawitri, sambil menggangdeng sang ibu dengan tangan kanannya dengan manja.
Setelah sedikit berbasa-basi dengan sang ibu, kedua bunga desa yang dikenal karena kepandaiannya itu, langsung pergi ke kolah belakang rumah untuk membersihkan diri. Usai mencuci muka, kaki dan tangan, kemudian keduanya langsung pergi ke kekamar untuk menaruh pantat sambil memegang buku sebagai teman rebahan.
“Witri, yen aku kuliah katone orang mungkin wong ibuk ugo bapak wae cuma pedagang beras kecil-kecilan, jadi aku mau ke Semarang cari kerja mugo-mugo dapat kerja agar kamu bisa kuliah yo,” suara lirih Martini diantara wajahnya yang tersembunyi di balik buku cara-cara melamar kerja yang sukses.
“Aku ikut yo, aku ugo pengen tahu Semarang. Kata orang banyak, di kota atlas, banyak mall besar yang jual pakaian, wedak, dan perhiasan bagus-bagus,” jawab Sawirti tampa membuang muka dari buku sejarah pelajaran yang akan diujikan esok paginya.
Tanpa jawaban, Martini hanya melihat sang adik yang tampak manja dan mengantuk dengan guling warna hijau yang dipeluk di kedua kakinya.
“Kenapa kamu ingin ikut dan cari baju, bedak, dan perhiasan apakah uang untuk makan kita sudah sisa untuk membayar uang sekolah,” keluh Martini yang langsung dibawa di dalam mimpi.

Enam bulan telah berlalu, Martini cantik tetap cantik dengan baju Biru Hitam seragam pabrik tekstil di pingiran Terminal Penggaron. Kesombongan tidak tampak sedikitpun dari raut si jenius yang mempunyai nasib kurang beruntung itu. Namun, sebuah motor keluaran tahun 1992 kini sudah menjadi kaki setiap berangkat ke pabrik.
Bahkan, dengan senyuman khas cantik yang lebih dikenal dengan sebutan disbrik (gadis Pabrik), tetap supel dengan orang di kampungnya.
“Yu Martini, bisa ngak masukin anak saya di pabrik tempatmu kerja. Katanya gajine tinggi dan kerjanya tinggal milih-milih barang tok yo,’’ tanya Mbok Darmini, yang kebetulan bertemu di jalan saat perjalanan pulang ke kampung.
“Mosok sanjange sinten gaji di pabrik saya banyak,” ungkap Martini tanpa menjawab permintaan tetangga yang tinggal tiga rumah di samping

kak seto pinjam mobil

Kak Seto siap dampingi Ulfa

SEMARANG- Meski lebih sebulan tragedi jebolnya tanggl Situ Gintung, Tanggerang, terjadi, namun, kondisi korban trgedi tersebut hingga saat ini belum dapat merasakan kehidupan secara normal. Pasalnya, bekas sampah maupun lumpur yang ditinggalkan air bah saat ini belum dapat dibersihkan secara sempurna.
Selain itu, beberpa korban yang kjehilangan rumah karena roboh oleh air bah, hingga saat ini juga belum bisa menempati rumah kembali, disebabkan mereka belum bisa membangun rumah kembali.
Kak Seto, salahs atu korban Situ Gintung, sampai saat ini empat mobil miliknya yang sempat hanyut terkena air bah, hingga saat ini belum bisa digunakan karena masih mengalami kerusakan.
Akibatnya, untuk kepentingan kegiatan pencipta tokok boneka Si Komo mengaku harus meminjam mobil Toyota Kijang, milik teman untuk keperluaan mobilisasi sehari hari. ‘’Saat kejadian, ada teman menjemput di Bandara, usai kegiatan dari luar kota. Dan mobil milik milik teman saya itu hingga saat ini masih saya pinjam untuk putar-putar,’’ ungkap Kak Seto, saat ditemui usai mengisi seminar di Gedung juang 45, Jalan Pemuda, Semarang, Sabtu (25/4) kemarin.
Dari empat mobil yang terkena air bah, hingga saat ini masih belum bisa di gunkan kembali. ‘’Selain mobil, isi rumah juga berantakan semua terkena air bah yang datang,’’ tambah Kak Seto.
Selain kondisi kehidupan sehari-hari yang belum bisa normal, tambah Kak Seto yang terpaksa masih menginap di rumah famili menambahkaan, saat ini sekolah home schooling juga masih harus meminjam salah satu ruang milik kantor polisi. ‘’Sekarang saya masih harus menginap di rumah saudara, dan sekolah pun terpaksa harus meminjam ruang kelas,’’ tambah Kak Seto, yang tidak bersedia mengungkapkan berapa kerugian yang dialami pasca tragedi bencana Situ Gitung.lek

kak seto pinjam mobil

Kak Seto siap dampingi Ulfa

EMARANG- Meski lebih sebulan tragedi jebolnya tanggl Situ Gintung, Tanggerang, terjadi, namun, kondisi korban trgedi tersebut hingga saat ini belum dapat merasakan kehidupan secara normal. Pasalnya, bekas sampah maupun lumpur yang ditinggalkan air bah saat ini belum dapat dibersihkan secara sempurna.
Selain itu, beberpa korban yang kjehilangan rumah karena roboh oleh air bah, hingga saat ini juga belum bisa menempati rumah kembali, disebabkan mereka belum bisa membangun rumah kembali.
Kak Seto, salahs atu korban Situ Gintung, sampai saat ini empat mobil miliknya yang sempat hanyut terkena air bah, hingga saat ini belum bisa digunakan karena masih mengalami kerusakan.
Akibatnya, untuk kepentingan kegiatan pencipta tokok boneka Si Komo mengaku harus meminjam mobil Toyota Kijang, milik teman untuk keperluaan mobilisasi sehari hari. ‘’Saat kejadian, ada teman menjemput di Bandara, usai kegiatan dari luar kota. Dan mobil milik milik teman saya itu hingga saat ini masih saya pinjam untuk putar-putar,’’ ungkap Kak Seto, saat ditemui usai mengisi seminar di Gedung juang 45, Jalan Pemuda, Semarang, Sabtu (25/4) kemarin.
Dari empat mobil yang terkena air bah, hingga saat ini masih belum bisa di gunkan kembali. ‘’Selain mobil, isi rumah juga berantakan semua terkena air bah yang datang,’’ tambah Kak Seto.
Selain kondisi kehidupan sehari-hari yang belum bisa normal, tambah Kak Seto yang terpaksa masih menginap di rumah famili menambahkaan, saat ini sekolah home schooling juga masih harus meminjam salah satu ruang milik kantor polisi. ‘’Sekarang saya masih harus menginap di rumah saudara, dan sekolah pun terpaksa harus meminjam ruang kelas,’’ tambah Kak Seto, yang tidak bersedia mengungkapkan berapa kerugian yang dialami pasca tragedi bencana Situ Gitung.lek